Jumatan di mesjid Othman bagi saya adalah momen yang tepat untuk “me recharge” kebutuhan ibadah berjamaah saya. Selain karena suasana ibadah jumatannya yang lebih khusyuk dan kesempatan untuk berkumpul dengan kaum muslimin lain di Rotterdam, hal lain yang menyenangkan adalah adanya kurma yang bisa diambil secara gratis setelah selesai jumatan.
—
Ada satu hal yang baru di mesjid ini, sepulang saya dari Indonesia beberapa minggu yang lalu. Kali ini khatibnya lebih muda dan cara membawakan ceramahnya sedikit lebih lembut dari yang sebelumnya. Kalau khatib yang sebelumnya berceramah, intonasinya selalu tinggi dan full power dari awal sampai akhir khotbah, khatib yang baru ini intonasinya sedikit lebih rendah. Tapi walaupun begitu, saya tetap belum mengerti dengan isi ceramahnya, berhubung karena ceramahnya mungkin dalam bahasa Maroko, atau kemungkinan dalam bahasa Arab. Namun, kalau yang saya dengar, doanya sebenarnya tidak berbeda jauh dengan do’a-do’a yang sering dibacakan dalam solat jumat di Indonesia pada umumnya.
*Disini biasanya khotbah jumat dimulai jam 1:40 siang, dan selesainya sekitar jam 3 sore.
—
Kembali ke kurma tadi, hampir setiap kali setelah jumatan saya mengambil satu atau dua biji kurma. Lumayan untuk “mengganjal” perut saya yang lapar, berhubung karena khotbahnya berdurasi sekitar satu jam. Dan biasanya saya belum sempat makan siang sebelum jumatan.
Kalau dibandingkan dengan khotbah saat jumatan di Indonesia, disini jauh lebih lama. Di Indonesia, biasanya paling lama khotbah jumatan itu hanya berdurasi setengah jam. Kalau disini, di mesjid Othman, Rotterdam, dua kali lipat, ditambah dengan bahasa yang saya belum mengerti sama sekali.
Kembali ke kurma lagi, kalau biasanya saya masih dapat sisa-sisa kurma yang ada, siang ini berbeda. Sebelum jumatan tadi, saya masih melihat banyak kurma yang diletakkan diatas meja dekat pintu masuk mesjid. Saat pulang mejanya sudah bersih, bahkan box kurmanya sudah tidak ada disana. Sedih juga rasanya, padahal sudah dari tadi mewanti-wanti untuk bisa makan kurma gratis, tapi kenyataannya kurmanya sudah habis. Mungkin memang bukan takdir saya siang ini makan kurma gratis.
Tapi, Allaah maha mengerti.
Sesaat ketika menemui bahwa kurma gratisnya sudah habis, saya teringat bahwa saya ingin membeli detergen untuk mencuci baju, dan untungnya dilantai dua gedung mesjid Othman ini ada toko kecil. Disitulah saya mencari detergen, tapi sayangnya setelah mencari ke semua rak, sama sekali tidak ada detergen disana. Padahal cucian saya sudah menumpuk di kamar dan saya sama sekali tidak punya detergen. Mungkin bukan disana saya bisa mendapatkan detergen.
Tapi, Allaah maha mendengar.
Saya memang tidak menemukan detergen disana, tapi saya menemukan sesuatu yang menarik. Diatas salah satu rak, tersisa beberapa box kurma yang sama dengan kurma yang biasa saya makan selepas jumatan disana. Alhamdulillaah.
Tapi, sayangnya toko tersebut tidak menerima pembayaran dengan kartu debit. Biasanya saya membayar barang belanjaan dengan kartu debit.
Alhamdulillaah, saya masih punya selembar uang Euro yang sudah terselip di dompet saya selama beberapa bulan. Dan itu lah yang saya pakai untuk membayar kurma saya yang seharga 4 Euro itu.
Detergen yang tadi saya ingin beli, Alhamdulillah saya temukan juga, walaupun bukan di toko tersebut. Saya membelinya di toko yang letaknya sekitar 7 menit dengan naik sepeda dari mesji Othman.
Kurma dapat, detergen dapat, jumatannya juga dapat.
Alhamdulillaah sore ini cucian juga selamat.
Selamat hari Jumat 🙂
Salam.
Tumben ih tulisannya agak panjang, jadi enak baca ceritanya 😛 hehe
Tumben komen 😛 *kidding
Padahal tadinya cuma mau nulis 2 paragraf, tp ceritanya malah lebih panjang. 😀
Thanks for reading, Chachooo…