Setelah beberapa lama, saya kembali solat Jum’at di masjid Maroko. Jaraknya sekitar 15 menit dengan naik sepeda dari tempat tinggal saya di student housing di daerah Burgemeester Oudlaan. Tentu saja saya senang bisa kembali solat disana, walaupun jaraknya tidak dekat.
Suasana/ atmosfer ketika solat disana lebih terasa dan bagi saya cukup membantu untuk solat dengan lebih khyusuk. Sebenarnya bukan hanya di masjid Maroko saja, di mesjid Turki juga suasananya nyaman. Sayangnya lokasinya lebih jauh.
Sudah lebih dari sebulan saya tidak solat disana, karena sebelumnya saya pulang kampung ke Indonesia. Kembali solat di masjid Maroko tadi membuat saya seolah baru kesana untuk yang pertama kalinya. Dimana beberapa orang melihat kearah saya, mungkin menyangka kalau saya salah masuk ruangan, dimana mayoritas jamaahnya adalah keturunan Maroko/ Arab. Dengan wajah dan postur Asia seperti ini jamaah disana dengan mudah mengidentifikasi bahwa saya adalah orang asing di masjid tersebut. But that’s ok, tho.
Yang sangat kelihatan adalah ketika anak-anak kecil yang ikut ayahnya solat jumat menatap wajah saya sambil kadang bersembunyi dibalik pakaian ayahnya. Tentu saja mereka juga melihat bahwa saya berbeda dengan ayah dan juga mayoritas jamaah disana. Tingkah mereka lebih terlihat lucu, dan sama sekali tidak ada tindakan rasis. Hanya penasaran saja 🙂
Beberapa bulan kedepan saya akan merindukan tempat ini, sebagaimana saya merindukan suasana ibadah yang khusyu pada umumnya.