Jum’at , 17 Juni 2011. Hari yang panas, seperti biasa di kota Makassar. Tiba-tiba ada sms yang masuk dari K’ Nanie seorang teman di AngingMammiri (Komunitas Blogger Makassar) yang mengatakan bahwa akan ada bincang-bincang dengan Trinity, penulis buku best seller The Naked Traveller di Musium Balaikota, Makassar. Dua pilihan, datang atau tidak. Saya berfikir dulu ah, kalau saya tidak datang, saya bisa santai-santai sore hari nya. Bisa tidur siang (sudah jarang tidur siang, coy) istirahat sebentar setelah beberapa waktu terakhir disibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan. Atau kah pilihan kedua, ikut acara nya, bisa nanya-nanya langsung, bisa ketemu langsung, plus bisa minta tanda tangan nya Trinity.
And yes, tentu saja pilihan kedua, pilihan saya akan ikut acara nya. Sebenarnya ini merupakan salah satu rangkaian acara… Aduh, apa yah, saya lupa. Kayaknya Writer Festival begitu, berbau promosi budaya sepertinya. Dengan demikian, saya harus menunda waktu untuk istirahat sejenak. Tapi tak apa lah. Pengorbanan sebanding dengan apa yang saya dapat.
Sampai disana, Terlihat sebuah set semacam panggung berbalut kain merah dibagian luar gedung musium. Waduh, saya fikir acara nya sudah lewat. Karena sms dari K’ Nanie acara nya mulai jam 13.00, which is itu berarti sehabis shalat Jum’at. Sedangkan perjalanan dari tempat saya ke musium Balai Kota kurang lebih 15-20 menit perjalanan dengan naik motor. Motor saya tentu saja. Tapi, mending terlambat, daripada tidak datang. Lagian acara nya sendiri sampai jam 15.00. Di pintu gedung musium terlihat beberapa orang, terhitung cukup kurang untuk acara seukuran launching buku. Salah satunya seorang wanita dengan postur agak “besar”, tapi yah masih seimbang lah, karena tingginya juga lumayan.
Sepintas, wanita tadi mirip dengan foto Trinity, yang pernah saya lihat di internet beberapa waktu lalu. Perasaan mau sapa dia, tapi sebearnya saya sendiri juga masih ragu dengan pendapat saya sendiri. Nama nya sendiri saya belum tahu. Okelah, saya harus tunggu dulu untuk pastikan. Dari dialek nya, dia memang bukan orang asli Makassar, Pasti dari Jakarta nih, analisis saya. Wanita, pake celana pendek, mata sipit, trus rambut di-tarik kebelakang, pake T-Shirt putih, gayanya cukup keren, dan sangat santai terlihat. 75 % saya yakin kalau dia itu Trinity. tapi harus sabar dulu untuk tahu siapa sebenarnya dia, dan yang mana yang sebenarnya Trinity itu.
Belum ramai sewaktu saya sampai disana. Belum terlalu crowded seperti acara AM dulu, launching Firefox 4 di DeLuna Cafe, atau acara Blogilicious bersama idBlognetwork dan Berniaga. Hanya terlihat beberapa pegawai musium, crew-crew dari mungkin penerbit dari buku The Naked Traveller dan beberapa orang yang tujuannya juga sama seperti saya, mau liat Trinity langsung. Saya lebih memilih jalan-jalan kedalam musium, melihat koleksi-koleksinya. Ada peta Makassar tempo doeloe, sepeda “fixie” tempo doeloe, meriam tempo doeloe, piano tempo doeloe, foto-foto(gambar) profil penjajah yang juga pasti 100 % tempo doeloe, bahkan sudah ada sebelum Polaroid datang, dan beberapa barang-barang tempoe doeloe lainnya. Wanita tadi pun juga saya lihat masuk kedalam musium melihat koleksi musium.
Tak lama kemudian acara sudah dimulai, dan tebak, wanita yang saya tebak tadi adalah Trinity, ternyata memang Trinity!. Tidak salah lagi, karena sudah diperkenalkan sama cewek disampingnya. Yang jadi Narasumber lain ada Fauzan, seorang wartawan yang juga hobi jalan-jalan, Toar, asal Makassar, seorang Fotografer, dan Adal. Oh ya, Adal ini orang yang cukup ekstrim pengalaman travelling nya menurut saya. Travelling dari Sumatera Barat ke Jakarta hanya dengan naik motor. Motor nya pun sudah tergolong berumur, dan katanya motor nya itu sudah hilang!. Dia mengaku sudah sering menginap di kantor Polisi. Alasannya, lebih aman katanya. Saya sendiri tidak pernah berfikir begitu kalau-kalau saya travelling. Mending nginap di mesjid. Katanya dia sering dibilang orang gila di kampung nya, karena kebiasaannya itu. Tapi dia sendiri tidak peduli, dan keluarga nya tetap mendukung. Dia sempat ke Nusa Tenggara, dan kalau travelling/backpacking tepatnya dia bawa uang cuma beberapa ribu, untuk transportasi dia lebih memilih numpang truk, naik kapal PELNI pun dia tidak bayar tiket katanya, ya sering-sering di-strap sama petugas katanya.
Banyak hal inspiratif yang didapat dari berbincang-bincang dengan para narasumber, pengalaman pribadi Trinity waktu backpacking ke manca negara, cerita-cerita lucunya, tips-tips backpacking, untuk siapa saja, termasuk cewek. Katanya cewek sebenarnya banyak diuntungkan kalau backpacking. Bisa pasang muka memelas ala cewek untuk bujuk abang-abang untuk angkat barang-barang nya, cewek gak usah malu kalo di suit-suit sama cowok, harus bangga katanya. Tidak seperti cowok katanya yang lebih gengsi minta tolong, contohnya waktu bertanya arah. Cowok gengsi untuk bertanya. Fauzan berbagi pengalamannya juga, waktu dia berangkat ke Mekkah, yang sebelumnya menurut dia sulit tercapai, tapi dengan wish nya dia tak menyangka kalau dia akan dapat tiket first flight ke Arab, dan wish nya untuk shalat langsung didepan Ka’bah terwujud. Perjalanan terjauh nya sendiri sampai ke Afrika.
Peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya langsung dengan Trinity, ada yang bertanya tentang salah satu tulisannya Trinity tentang pengalamannya backpacking ke China, bagaimana cara nya nge blog yang baik, menulis tulisan yang enak dibaca, tentang pengelompokan tipe-tipe traveller, ada yang digolongkan sebagai flashpacker, hitchhicker backapacker, dan lain-lain. Terus terang Trinity sendiri tidak setuju dengan pengelompokan seperti itu.
Saya juga harus bertanya dong, kapan lagi dapat kesempatan seperti ini. Lagian yang bertanya juga tidak banyak. Saya cuma bertanya, “Nama lengkap Trinity siapa?” terus pertanyaan yang kedua saya “Umur nya Trinity sekarang berapa?” karena dibuku The Naked Traveller pertama dia selalu menyebut tentang faktor “U” itu sendiri, yang sering menghambat kelancaran aktivitas nya sewaktu backpacking. Ekspresi Trinity langsung berubah, waktu itu dia sedang minum, dan karena pertanyaan saya tadi, dia langsung keselek/tersedak mendengar pertanyaan saya yang pertama. “Gue sempat keselek tadi…”, kata Trinity, ditambah pertanyaan saya yang kedua membuat ekspresi nya berubah, matanya terbelalak.
Ini dia saat nya saya tahu, siapa sih nama asli dari Trinity, penulis buku best seller “The Naked Traveller”.
Dia mulai menjawab: “Untuk nama asli saya tidak bisa sebut, saya cuma biasa pakai nama Trinity seperti dibuku saya. Sudah cukup itu” Dia harus membedakan katanya identitas nya sebagai penulis buku dan identitas sebenarnya yang hanya diketahui oleh teman-teman dekatnya. Karena orang lebih mengenal dirinya sebagai Traveller dan penulis buku yang melambungkan namanya, Trinity sebagai penulis yang populer. “Untuk tetap membuat orang penasaran” katanya, “Kan nggak enak juga kan kalo orang dah gak penasaran lagi siapa Trinity itu?” Ya, itu merupakan salah satu startegi marketing yang dipakai untuk tetap meningkatkan penjualan buku, which is menurut saya cukup wajar, mengingat itu banyak terjadi di media.
Pertanyaan kedua, Trinity menjawab, “Kalau umur, kira-kira berapa?”, saya jawab “40”, “Apa? 44?”, “tidak”, kata saya, “40 saya bilang”. Dia cuma tersenyum, “Maaf lagi ya, untuk itu saya juga tidak bisa kasi tahu, biasa nya kalau disuruh tulis identitas, saya cuma tulis tanggal dan bulan lahir saja, tahun nya tidak”, “Maaf ya”, sambil tersenyum dia bilang begitu. “Mas sendiri umur nya dah berapa? Dah nikah ato belum?” Saya bilang, “Saya masih 20 tahun, masih mahasiswa”.
Dua dari dua pertanyaan saya tidak menemukan jawaban tepat nya. Tapi, tak apa. Karena sehabis acara bincang-bincang, saya dikasih tanda tangan dibuku kecil saya. To Rizqi, Trinity. Aduuh, sayang sekali saya tidak bawa buku The Naked Traveller saya, malah buku The Long Tail yang saya bawa kesana, yang mana mungkin saya mau minta tanda tangannya dibuku karangan orang lain, karangan orang barat lagi, bukan buku travelling lagi.
Identitas siapa nama asli dan berapa umur dari Trinity, Penulis buku The Naked Traveller akhir nya belum terungkap. Meskipun begitu, saya tetap senang sudah bisa ketemu langsung, bincang-bincang dengan narasumber yang ada, dan juga dapat tanda tangannya Trinity, meskipun tidak sempat berfoto sama dia, karena tidak bawa kamera. But, once again, it’s OK! See Ya!
hai, salam kenal..
sy penah wwcr dgn Trinty dn ia jg tk brsedian sebutkan namanya,
tp terlepas dari it, Trinity adlah slh satu sumber inspirasi buat para blogger Indonesia
btw, tulisan ttg Trinity jg sy post di blog sy, sila berkunjung ke blog sy ya…
http://www.medantime.com/2011/07/trinity-tentang-blogger-petualang-jujur.html
Salam Kenal π
Iya, betul. Trinity memang tidak mau memberitahu identitas asli nya secara keseluruhan. Katanya waktu saya tanya dulu, untuk tetap membuat orang penasaran. Ya, masuk akal juga, soal nya kan jadi salah satu strategi pemasaran. BTW, nice blog, Medantime π
Nama asli Trinity itu Perucha Hutagaol, ada kok FBnya..
Wow. Apa betul nama aslinya Mbak Trinity itu? Kalau betul, saya baru tau sekarang dong. π Makasih yaa sudah kasi infonya. π
nama lengkapnya Perucha Hutagaol, bro, dia lahir tahun1973 hehehe
ow teryata namanya Perucha Hutagaol, wah banyak yang tertipu kayaknya, hehehe
hai saya Trinity Mokoginta cerita nya sangat
menarik ya.
Hi Trinity π
Saya pernah ikutan acara bincang2 bukunya Trinity pas di Jakarta. Lumayan bisa Foto bareng π . 7 tahunan lalu sempat buka Wikipedia, ada nama aslinya dia, ada nama Marga bataknya. Eh barusan buka wiki lagi nih ternyata sdh dihapus nama aslinya π .