Prokrastinasi plus pola pikir yang tidak ilmiah
Sudah beberapa minggu ini saya disibukkan dengan hal-hal yang berbau tugas akhir. Memang sudah saatnya begini, mengingat saya sudah 1600 hari lebih kuliah. Yang artinya sudah hampir lima tahun saya kuliah, tapi masih belum sarjana juga. What’s wrong with me? Semuanya karena saya sendiri! Bukan karena Romeo.
Salah satu penyebab kenapa saya terlambat selesai (jadi sarjana) adalah sesuatu yang tidak ilmiah itu. Apa sesuatu yang tidak ilmiah itu? Saya curiga itu adalah pola pikir saya dalam menyelesaikan sesuatu, yang tidak memenuhi kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Saya sungguh kesulitan dalam menyusun tugas dalam bentuk tulisan ilmiah. And you know lah, jadi sarjana itu harus bisa menyusun skripsi, dan skripsi itu tidak lain adalah salah satu bentuk tulisan ilmiah.
Saya masih ingat beberapa semester yang lalu, saya diberi tugas besar untuk satu mata kuliah. Tiap Minggu, paling tidak harus ada progress. Namun apa yang terjadi, bolos saya melebihi kuota. Jadi progress pun tersendat-sendat. Penyebabnya juga karena saya kesulitan dalam menyusun tulisan ilmiah. Kan tidak asik kalo paper nya dibaca dosen trus dosennya malah pucat gara-gara tulisan yang beliau baca lebih mirip novel atau bahkan buku bacaan anak-anak. Malu, man!
Dan satu lagi biang kerok dibalik ini semua. Dia adalah prokrastinasi, alias kawan akrab semua mahasiswa diseluruh jagad raya. Bukan cuma mahasiswa sih, tapi semua orang. Saya ambil contoh (kisah nyata), sudah sejak semester lalu saya sudah mulai berurusan dengan proses penyusunan tugas akhir. Dosen pembimbing sudah ada, dengan reputasi yang luar biasa pula. Dan, seperti biasa, setiap satu satuan waktu (entah hari atau minggu), harus ada progress. And you know, progress itu tak kunjung muncul sampai berbulan-bulan. Berdosa saya sama diri sendiri dan kepada dosen pembimbing.
Progress yang kadang berbulan-bulan itu tidak muncul, juga karena prokrastinasi. Satu contoh lagi (kisah nyata juga), setiap satu lembar dalam draft tugas akhir yang saya buat kurang lebih menghabiskan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Bayangkan kalau saya harus menulis paling tidak 200 halaman? Butuh berapa tahun lagi sampai saya bisa dapat gelar ST?
Munculkan passion untuk tugas akhir
Tidak ada yang membuat seseorang mengerjakan sesuatu dengan sangat excited kalau bukan karena passion. Dan itulah yang coba saya tumbuhkan selama proses ini. Untungnya judul tugas akhir saya sedikit berbau IT, which is something I love. Dan ini sungguh membuat saya menjadi lebih bersemangat mengerjakannya. Saya menjadi rajin membaca literatur, dan mencari tahu hal-hal yang terkait dengan tugas akhir ini. Sejauh ini rhythm nya sudah dapat, tapi masih butuh pembiasaan.
Semoga Allah melancarkan proses penyusunan tugas akhir saya ini.
Untuk yang mengerjakan tugas akhir, cheers!