Perjalanan keliling Paris saya lanjutkan dihari Jum’at (18 Maret), setelah sehari sebelumnya sudah mengunjungi beberapa landmark nya. Hari pertama saya sempat mengunjungi Arc de Triomphe dan menara Eiffel. Tidak banyak yang saya kunjungi dihari pertama, karena saya sendiri baru sampai di Paris sekitar jam 2 siang dan masih belum tahu tentang rute-rutenya, dan masih belum cukup beradaptasi dengan transportasi dan lain-lain. Dan malamnya saya harus segera bergegas ke tempat saya menginap di Rueilly Diderot.
Walaupun hari pertama saya tidak berkunjung ke banyak tempat di Paris, tapi saya tetap senang karena sangat menikmati pemandangan kedua landmark itu.
1. Montmartre
Hari kedua ini saya mulai dengan pergi ke Montmartre, sebuah bukit dengan kastil besar diatasnya, yang letaknya dibagian utara kota Paris. Saya kesana berdasarkan rekomendasi dari Christy (nama samaran), host AirBnB saya selama di Paris. Menurut dia, tempat itu adalah tempat yang paling indah di kota Paris. Memang tidak sepopuler Eiffel, tapi pemandangannya worth it untuk dilihat katanya. Tapi, kendalanya, tempat ini cukup jauh dari pusat kota.
Sebelum kesana, saya membeli tiket Paris Visite dulu, yaitu tiket metro untuk perjalanan satu hari penuh dengan zona tertentu. Saya membeli tiket untuk zona 1, harganya 11,15 Euro. Paris Visite sendiri tersedia dalam beberapa jenis, tergantung zona dan berapa hari pemakaian. Montmartre walaupun cukup jauh dari pusat kota, tapi masih termasuk dalam zona 1, jadi saya tidak perlu membeli tiket diluar zona satu yang harganya lebih mahal, karena area pelayanannya juga lebih luas.
Dari stasiun saya jalan kaki ke Montmartre, saya tidak tahu disebelah mana tepatnya tempat itu, beruntung saya menemui seorang pejalan kaki yang memberitahukan arah Montmartre. Perjalanan menuju kesana cukup mendaki dan setidaknya saya harus berjalan kaki beberap ratus meter.
Benar yang dikatakan Christy, bahwa tempat itu indah. Gereja yang dibilang orang itu, ternyata memang berukuran besar. Cukup banyak orang yang kesana saat itu. Disana pertama kalinya saya melihat pemandangan dari bukit selama di Eropa. Disaat yang sama ada banyak anak muda yang sedang latihan flashmob, dari jaketnya yang berwarna biru, mereka adalah Volunteer Paris. Entahlah, mungkin untuk persiapan untuk Euro 2016 di Paris nanti atau untuk kegiatan lain, saya tidak tahu pastinya. Kurang lebih satu jam saya disana, dan saya harus bergegas untuk menuju lokasi kedua tujuan saya hari itu.
Sebelum sampai di stasiun metro Pigalle, saya singgah sejenak di warung karena melihat menu makanan muslim, dan memang pas lapar saat itu. Beberapa diantaranya seperti kebab, dan ada juga tortillas (yang halal). Saya memilih tortillas.
2. Père Lachaise Cemetery
Sebenarnya, saya tidak membayangkan dan tidak berencana kesini sebelum saya ke Paris. Tapi, semalam, setelah mendengar beberapa saran lokasi untuk didatangi di Paris oleh Christy, saya memutuskan untuk kesini. Saya sangat “excited” untuk kesini, karena disini, disalah satu makamnya, terkubur James Douglas Morrison alias Jim Morrison, mantan vokalis The Doors, yang dimakamkan disana kurang lebih 35 tahun yang lalu.
Saya sudah menjadi penggemarnya sejak lama, dan sekali lagi, datang ke makamnya di Paris, tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tapi, satu hal yang menambahkan cerita dibalik ini adalah, satu penggalan dalam buku Andrea Hirata, dimana disini, di makam ini, Arai pernah membacakan puisi untuk gadis pujaan hatinya, Zakiah Nurmala. Saya tidak membaca satu pun puisi, namun sya membacakan do’a Al-Fatihah untuk Jim. Entah ini dibenarkan oleh agama atau tidak.
Jim Morrison, kematian dan semua kisah hidupnya, Arai dan puisi cintanya yang dia bacakan di makam ini semuanya terkubur disana, di Père Lachaise. Dan kedatangan saya yang sama sekali tanpa rencana akan kesana sebelumnya adalah salah satu dari banyak titik yang terhubung dalam hidup saya yang kadang membuat saya berhenti dan berpikir sejenak, bahwa mimpi atau bualan dimasa lalu yang mungkin tidak masuk akal akan menjadi kenyataan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Dan saya tidak tahu, tiba-tiba secara random Youtube memainkan lagu Jon Bellion dengan Judul Jim Morrison di laptop saya. Saya bahkan tidak tahu kalau Jon Bellion punya lagu dengan judul “Jim Morrison”. Hanya kebetulan? Entahlah, selalu ada misteri dibalik itu.
3. Kembali ke Apartemen Christy
Christy sedang bekerja, dan dia mempercayakan kunci apartemennya kepada saya kalau-kalau saya ingin kembali kesana hari itu. Walaupun baru pertama kali ketemu semalam sebelumnya, tapi dia percaya dengan saya, dan saya respect dengan dia. Walaupun baru bertemu, tapi bisa dikatakan kalau kami sudah berteman dengan baik.
Saya kembali untuk mengemas barang-barang dan mandi. Hari itu sudah sore, dan malamnya saya akan kembali ke Rotterdam dengan naik bus. Saya masih ingin pergi ke beberapa tempat di Paris. Saya putuskan untuk rebahan sejenak, cukup capek setelah berjalan banyak pagi sampai sorenya. Sebelum meninggalkan apartemen, saya menyimpan kuncinya di meja dan meninggalkan apartemen Christy dengan keadaan terkunci. Christy membawa kuncinya sendiri sebelumnya.
4. Notre Dame
Entah tempat ini menjadi salah satu tempat yang harus saya kunjungi. Mungkin secara tidak sadar dulu pernah membaca dan mendengar sesuatu tentang tempat ini, sehingga saya merasa harus pergi kesini. Atau mungkin karena mendengar namanya yang unik ini yang membuat saya penasaran untuk kesana.
Katedral ini letaknya di sebuah daratan ditengah sungai Seine. Bentuknya sendiri cuku unik dengan dua menara berbentuk balok yang menjulang dikedua sisinya. Tentu saja banyak orang yang datang kesana, sambil menikmati transisi dari sore ke malam hari. Tempat ini juga indah, tidak salah keputusan saya untuk kesana.
5. Musée du Louvre (Museum Louvre)
Nah, ini juga salah satu tempat yang harus dikunjungi di Paris. Tempatnya sebenarnya tidak terlalu jauh dari Notre Dame, maka dari itu saya memilih untuk jalan kaki kesana. Louvre ini adalah satu kompleks museum yang luas sekali. Christy sempat bilang kalau tidak akan cukup sehari untuk melihat semua yang ada disana. Yah, saya sendiri sudah tidak punya waktu lebih dari beberapa jam, karena saat itu sudah sekitar jam 7 malam. Bagi saya tidak masalah kalau belum sempat melihat lukisan Leonardo da Vinci, “Mona Lisa” itu. Melihat piramida kacanya sudah cukup buat saya.
Cukup banyak orang yang kesana, meskipun sudah malam. Masih banyak orang yang berfoto didepannya, dengan pose seolah-olah ujung piramid kaca Louvre ada diujung jari mereka. Sepertinya lucu juga pose itu, tapi saya tidak merasa tertarik untuk melakukannya.
Melihat piramida Louvre adalah suatu keindahan tersendiri juga buat saya. Karena biasanya tempat ini hanya pernah saya lihat didalam film. Tapi, Alhamdulillaah saya bersyukur sudah pernah kesana melihatnya secar langsung.
6. Avenue des Champs-Élysées
Sebenarnya ini bukanlah sebuah bangunan atau menara atau patung. Ini adalah sebuah jalan di kota Paris yang membentang dari Arc de Triomphe sampai ke depan Place de la Concorde, dekat kompleks museum Louvre. Jalan ini sangat terkenal karena axis nya yang menghubungkan kedua landmark tadi, dan karena ukurannya yang besar, serta desainnya yang membuat pengguna jalan ini bisa menikmati pemandangan Arc de Triomphe dengan indah.
Alasan saya melintas dijalan ini karena (lagi-lagi) teringat dengan salah satu kuliah saya dulu. Ibu dosennya menceritakan tentang jalan ini dan beberapa hal di Paris juga. Dan saya setuju dengan pendapat orang bahwa jalan ini juga menarik untuk dilintasi. Apalagi dimalam hari, keindahan Arc de Triomphe sangat mengagumkan dengan tambahan pencahayaannya yang membuatnya kelihatan semakin megah.
7. Eiffel (Lagi)
Ini adalah tempat terakhir yang saya kunjungi sebelum saya kembali ke Rotterdam. Kalau sehari sebelumnya saya kesana saat siang hari, kali ini saya kesana saat malam hari, sambil menunggu jam keberangkatan bus yang terminalnya tidak terlalu jauh dari Eiffel (kalau naik metro). Menara ini tetap indah, dan sekali-kali mengedipkan lampu-lampu putihnya disaat pergantian jam. Tetap banyak orang yang kesana saat itu, walaupun udara sudah menjadi lebih dingin.
Satu hal yang belum sempat saya lakukan disini, adalah naik keatas. Berhubung karena sudah malam dan udara sudah jadi lebih dingin, dan mempertimbangkan bahwa mungkin saya tidak akan begitu menikmatinya dengan keadaan seperti itu, saya tidak naik keatas. Lagipula, naik keatas juga tidak gratis dan tidak murah. Mungkin kapan-kapan saya akan kesana lagi dan naik keatas. Entah dengan tangga, ataupun dengan lift. Tentu saja keduanya dipungut bayaran.
Kembali ke Rotterdam
Sekitar jam 11 saya sudah sampai di Porte Maillot untuk menunggu bus yang akan membawa saya ke Rotterdam. Jadwalnya jam 11.55, tapi setelah menunggu hampir sejam ditengah udara dingin, busnya belum datang juga. Beberapa penumpang sudah nampak gelisah dengan hal ini. Entahlah, Flixbus dan terminal Porte Maillot tidak memberikan signage apapun tentang jadwal keberangkatan dan keterangan bus mana yang akan kami tumpangi. Walaupun beberapa bus memasang tujuannya didepannya, beberapa bus masih belum menampilkan apa-apa. Dan bagi kami, yang tidak tahu tepatnya bus mana yang akan membawa kami, harus bolak-balik mengecek bus yang parkir, datang dan pergi untuk memastikan hal ini.
Sekitar 2 menit sebelum jadwal keberangkatan, akhirnya Flixbus (operator bus) datang juga. Dan setelah mengecek tiket dan menaikkan barang, akhirnya sekitar jam 12.10 kami berangkat ke Belanda. Dan kembali, saya hampir sama sekali tidak tidur selama diperjalanan.
Wah jalan-jalan, gak tentang kuliah terus 😛
Iya, Cha. 😛