Target menyelesaikan survey
Setelah dua hari berturut-turut melakukan survey di dua kecamatan di Kabupaten Sidrap, survey akhirnya memasuki hari ketiga. Saya dan rekan saya, Dana bertekad untuk menyelesaikan survey yang belum selesai 2 hari sebelumnya. Survey persawahan dan peternakan sapi. Alhamdulillah, sebagian besar sudah kami survey, tinggal melengkapi beberapa data yang belum komplit, dan yang terpenting adalah perjalanan kami yang sudah tidak sejauh hari kedua yang sampai berkendara menuju dataran tinggi (terhenti karena motor tidak lagi sanggup mendaki karena parahnya medan).
Kami berinisiatif untuk survey daerah yang terdekat terlebih dahulu, sehingga kami tidak perlu singgah lagi setelah survey peternakan sapi yang lebih jauh lokasinya. Pagi-pagi sekitar jam 7 lewat, kami berangkat setelah sebelumnya sarapan pagi, makan kue dan minum teh buatan nenek Dana (sama dengan pagi hari-hari sebelumnya). Kami juga menyempatkan diri untuk berpamitan dengan nenek Dana yang sudah dengan baik hati memberikan kami tempat tinggal sementara di Sidrap. Kami membawa semua barang-barang kami untuk disimpan di Kec. Pangkajene, Kab. Sidrap supaya tidak perlu lagi menempuh beberapa kilo meter untuk ke Amparita yang notabene jauh dari lokasi survey kami (Pangkajene lebih dekat).
Barang-barang kami drop sementara di rumah keluarga Dana di Pangkajene, dan segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi survey. Jarak dari Pangkajene menuju tujuan terjauh kami hari itu mencapai kurang lebih 20 an km, dan membutuhkan waktu perjalanan sekitar 30 menit dengan mengendarai motor.
Survey persawahan harus selesai hari itu juga
2 hari sebelumnya kami melakukan survey persawahan di Kec. Sidenreng (sentra produksi padi) namun belum selesai. Hari ini kami bertekad untuk segera menyelesaikannya, mengingat hari itu sudah memasuki hari perkuliahan, dan kami tidak masuk kuliah karena masih survey di Sidrap. Semua pabrik pengolahan padi harus kami survey lengkap dengan sawah, sumber air, dll. Alhamdulillah, jumlah pabrik sisa sedikit yang belum kami survey. kami lebih banyak melakukan tracking jalur dan plotting lokasi dengan GPS. Survey kami lakukan dengan semangat, meskipun panas tidak berkurang dari hari-hari sebelumunya.
Tracking jalur sampai dengan danau Sidenreng
Salah satu sumber air untuk persawahan di Kec. Sidenreng berasal dari danau Sidenreng itu sendiri. Kami memasuki lorong yang memiliki signage (penanda) arah menuju danau Sidenreng. Pada awalnya kondisi jalan sangat mulus beraspal. Sampai dengan kurang lebih 500 meter kedalam, kondisi jalan menjadi semakin buruk, dan terdapat beberapa percabangan jalan yang sempat membingungkan kami. Kami sempat mencoba semuanya, dan kembali ke jalur yang tepat menuju danau.
Dari jalanan ber aspal, menjadi berbatu, bertanah, sampai dengan melalui pematang sawah. Kami sendiri belum pernah kesana sebelumnya. Peta Sidrap saja kami tidak miliki. Kami hanya mengandalkan insting sebagai seorang surveyor calon perencana wilayah. Kami terus mengikuti jalan lurus yang membentang jauh kedepan di kelilingi oleh sawah yang luas dan sebuah sungai kecil di sebelah kiri kami. Melihat hamparan air yang luas jauh didepan mata membuat kami semakin penasaran dengan danau itu. Kondisi jalan yang kadang bergelombang tidak menyurutkan niat saya untuk tetap memacu motor dengan kecepatan tinggi. Kasihan motor saya.
Beberapa kilo meter kami lalui, akhirnya kami sampai diujung jalan pematang sawah. Didepan nampak danau Sidenreng yang cukup luas itu. Danau itu lah yang sempat kami lihat dari puncak bukit di Kec. Pitu Riase sehari sebelumnya. Untuk mencapai danau tersebut, kami harus berjalan beberapa puluh meter lagi karena motor sudah tidak bisa mengakses nya. Sebelumnya kami singgah makan dulu. Makan seadanya, roti dan sebotol air aqua. Makannya pun di atas pematang sawah yang tinggi dan lebar, menyaksikan petani memanen padi mereka yang lebih lambat dari sawah lain yang ada dipinggir jalan poros Pare Pare-Sengkang. Angin berhembus cukup kencang di daerah itu, membuat suasana pedesaan sangat terasa. Menulis tulisan ini mengingatkan saya lagi akan saat itu.
Setelah makan sebentar, kami segera menuju ke danau, setelah dipastikan cocok berdasarkan info dari petani tadi. Kami mengambil koordinat danau tersebut, serta tracking jalur menuju kesana. Saya sempat mengambil beberapa gambar danau dan Dana dengan latar danau itu. Air danau itu terlihat agak gelap, entah karena memang warna air nya seperti itu atau memang karena dalam. Sepertinya data yang kami butuhkan sudah lengkap, dan kami segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi lainnya. Kami singgah shalat dhuhur dulu di salah satu masjid di pinggir jalan poros Pare Pare-Sengkang.
Survey peternakan sapi kami lanjutkan
Sehari sebelumnya kami sudah melakukan survey di beberapa tempat pemeliharaan sapi, ada yang memelihara satu ekor sapi saja sampai dengan PT BULI yang punya 9-11 ribu ekor sapi. Dengan pengalaman tersebut, paling tidak kami sudah mengetahui teknis pengambilan data yang lebih efisien dari hari kemarin. Kami sudah lancar menanyakan pertanyaan yang lebih tepat, melakukan pengukuran jalan, jembatan, dan drainase dengan asumsi jarak yang lebih akurat, tracking jalur serta plotting koordinat dengan GPS, sudah cukup kami kuasai.
Hari ketiga ini, kami langsung menuju desa Lagading di Kec. Pitu Riase yang sehari sebelumnya belum selesai kami survey karena waktu sudah malam. Kami langsung menuju sebuah peternakan yang memelihara banyak sapi (tampak dari pinggir jalan) di perbukitan Kec. Pitu Riase. Dari luar sepertinya rumah peternakan tersebut tidak berpenghuni, tapi setelah mengecek lebih dekat, ternyata ada 2 orang diatasnya. Salah satunya seorang pemuda yang kemarin kami temui di rumah H. Laugu, seorang pemilik peternakan sapi di desa Lagading.
Ternyata sapi-sapi yang kami lihat tadi adalah milik H. Laugu juga. Memang betul yang dikatakan oleh istri H. Laugu kalau H. Laugu punya sampai dengan seratusan ternak (sapi dan kerbau). Dana melakukan interview dengan pemuda tadi. Sementara saya mengambil beberapa gambar untuk keperluan dokumentasi survey peternakan sapi.
Jauh disana, perang antara mahasiswa sedang terjadi
Sebuah pesan masuk ke HP saya, dikirim oleh teman kelas saya di kampus. Isinya: “Perang lagi fakultas mu”. Apa? Sepertinya saya melewatkan sebuah peristiwa besar di kampus, yang sudah jarang terjadi. Saya hanya bisa berharap mudah-mudahan kejadian tersebut segera berakhir, dan tidak sampai merusak kampus dan melukai orang. Panik juga saya rasanya mengetahui berita tersebut. Kecenderungan meningkatnya angka kerusuhan di nusantara yang diberitakan di televisi pagi harinya menjadi realita saat itu. Terbayang bagaimana tanggapan masyarakat atas kejadian tersebut. Segera kukabarkan berita ini kepada Dana. Kurang lebih perasaan nya juga sama dengan saya.
Beberapa saat kemudian, sebuah sms lain masuk ke HP saya. Dikirim oleh bapak saya, isinya menghimbau untuk tidak terlibat tawuran di kampus. Bagaimana mau terlibat acara tawuran itu. Saya sendiri berada ratusan kilo meter dari kampus. Dan terus terang saya juga kurang berminat ikutan tawuran seperti itu.
Setelah memperoleh data-data mengenai peternakan H. Laugu, kami segera meninggalkan lokasi tersebut, dan melanjutkan survey soal prasarana jalan, jembatan, dll. Cukup banyak juga jembatan yang kami survey, mulai dari kondisi yang baik sampai dengan yang buruk. Kami juga menyempatkan diri ke sebuah tempat wisata di Kec. Pitu Riase. Namanya Taman Wisata Puncak. Taman wisata ini masih sangat baru, baru berumur 2 bulan, dan masih terus dalam proses penyelesaian. Mereka menyediakan fasilitas outbound seperti Flying Fox, ATV (Motor Trail 4 roda), dan perahu bebek-bebek yang semuanya disewakan dengan harga beragam. Setelah itu, kami bergegas untuk kembali ke Pangkajene untuk mempersiapkan diri pulang kembali ke Makassar.
Istirahat sejenak di Pangkajene
Sebelum berangkat ke kota Makassar, kami beristirahat sejenak di rumah keluarga Dana. Disana kami makan, mandi dan shalat Ashar. Saya sempat bermain-main dengan keponakan Dana yang masih balita. Imut sekali anak kecil itu. Dana juga sempat berfoto dengan beberapa anggota keluarga nya, sebelum kami berangkat.
Akhirnya kami meniggalkan Kab. Sidrap menuju Makassar
Waktu menunjukkan pukul setengah 6 sore. Kami tidak punya banyak waktu untuk segera menuju ke Makassar, mengingat kami juga harus ke Pabrik PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep dan PT Semen Bosowa di Kabupaten Maros. Tujuan kami kesana adalah untuk tracking jalur, mengambil gambar dan plotting koordinat untuk kelengkapan data survey kami. Alasan yang paling utama karena kedua pabrik semen tersebut merupakan salah satu tujuan pendistribusian kulit padi (sekam) untuk dijadikan bahan bakar. Jadi harus jelas pemetaan pendistribusian hasil pengolahan padi yang berasal dari pabrik-pabrik gabah yang sudah kami survey di Sidrap.
Kondisi tubuh yang semakin lelah tak membuat kami tidak melanjutkan perjalanan. Kami sempat singgah makan di sebuah warung makan di Kabupaten Pangkep setelah kami ke PT Semen Tonasa, dan melanjutkan perjalanan ke PT Semen Bosowa yang jaraknya juga cukup jauh dari jalan poros. Perjalanan ke pabrik PT Semen Bosowa sangat lancar, karena kondisi jalan beton yang cukup mulus dan jumlah kendaraan yang minim yang melintasi jalan tersebut. Hanya saja, pencahayaan di jalan tersebut sangat kurang, dan ini sangat berbahaya karena disana banyak tikungan, pendakian dan penurunan, meskipun tidak terlalu curam.
Akhirnya sampai juga di kota Makassar
Alhamdulillah, akhirnya kami tiba di kota Makassar. Kami langsung menuju ke kamar kos saya yang letaknya tidak jauh dari kampus. Perasaan capek, gerah, dan mengantuk akhirnya terbayarkan. Kami dapat beristirahat dengan nyaman di dalam kamar tanpa terganggu beban untuk bangun pagi esok hari nya untuk kembali survey. Hanya saja, kami tidak boleh melupakan kewajiban untuk menginput data hasil survey kami di Kab. Sidrap. Malam itu, kami fokus beristirahat dulu, tidak membahas penginputan data seperti 2 hari sebelumnya. 🙂
Menarik dan enak dibaca
Terima kasih, Zulkarnain 🙂