Masjid-Kubah-Emas-Dian-Al-Mahri-Depok

Safari Ramadhan 1443H – Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, Depok

Perjalanan yang cukup jauh

Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga bisa solat di masjid ini, dulunya cuma bisa lihat lewat TV saja. Melanjutkan niat untuk safari Ramadhan tahun 1443H (2022 Masehi), saya melakukan “safari” ke salah satu masjid yang iconic di Indonesia, dimana masjid ini terkenal sebagai masjid yang berkubah “emas.” Mengenai betul atau tidaknya kubah masjid ini memang terbuat dari emas murni atau hanya berlapiskan cat warna emas, saya sendiri kurang begitu tahu detailnya.

Masjid-Kubah-Emas-Dian-Al-Mahri-Depok

Sama dengan yang saya tuliskan pada safari Ramadhan di masjid Istiqlal sebelumnya, perjalanan ke masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, Depok ini sudah saya niatkan sejak bertahun-tahun lalu, namun belum pernah saya tulis dalam catatan daftar “to visit list” apapun, apalagi merealisasikannya. Berhubung karena hari ini cuaca sedang baik dan belum ada kegiatan apapun yang masuk deadline dalam beberapa waktu dekat, saya memutuskan untuk segera merealisasikannya siang ini juga. Waktu menunjukkan pukul 13.50, hari Minggu, 10 April 2022. Formula 1 di Sirkuit Melbourne Australia baru saja selesai.

Pertama kali naik motor ke daerah Depok

Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri ini terletak di daerah Kecamatan Limau, Depok. Saya saat ini tinggal di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Jarak dari tempat saya kesana sekitar 30km, menurut Google Maps, perjalanan bisa mencapai sekitar 1 jam 15 menit. Saya berangkat kurang lebih pukul 14.00 WIB, artinya saya harus menempuh perjalanan lebih cepat dari perkiraan Google Maps jika saya ingin menunaikan ibadah solat ashar berjamaah disana, karena jadwal solat ashar menurut Google juga, adalah pukul 15.12 WIB.

Ketika melihat aplikasi Google Maps, saya merasa cukup kaget melihat panjangnya perjalanan dari titik asal saya ke titik tujuan, saya sampai harus “scrolling” cukup lama sampai melihat titik tujuan di aplikasi tersebut.

Ini akan menjadi perjalanan yang jauh dan menantang.

Apalagi ini adalah kali pertama saya kesana. Dan kawan tahulah kalau Depok itu sudah masuk Provinsi Jawa Barat, jadi technically safari Ramadhan saya ke masjid Kubah Emas ini adalah perjalanan lintas provinsi 😀 meskipun jaraknya “hanya” 30km.

Tak lengkap tanpa kesasar

Saya tidak tahu, apa kawan-kawan juga sering mengalami hal yang sama, atau ini hanya saya saja. Setiap pergi ke tempat baru, pasti saya akan mengalami “get lost” alias kesasar.

Safari Ramadhan ke masjid Kubah Emas Dian Al Mahri ini sangat berwarna menurut saya. Disini saya hanya bersafari seorang diri, menggunakan sepeda motor matic saya, dengan mengandalkan aplikasi Google Maps di handphone saya.

Entah apa yang terjadi dengan hp saya, aplikasi Google Maps ini tiba-tiba tidak menunjukkan arah tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Yang ada hanya moda lain yaitu perjalanan menggunakan mobil, angkutan umum, atau jalan kaki. Ya Allaah… Jadi awalnya saya memilih mode mobil saja dengan menonaktifkan jalur jalan tol, sehingga arahnya menyerupai arah tempuh jika kita menggunakan sepeda motor.

Waktu terus berjalan, saya sudah sampai di daerah Jl. Sudirman, Jakarta. Namun mode sepeda motor masih saja belum muncul di aplikasi Google Maps hp saya. Akhirnya saya memutuskan untuk uninstall dan reinstall aplikasi ini.

Beberapa menit sebelumnya saya sudah kesasar di sekitar daerah Manggarai.

Setelah reinstalling Google Maps selesai, aplikasi ini tidak berhenti memberikan kejutan yang kurang seru sama sekali. Setelah reinstalling, kita harus mengaktifkan fitur lokasi di hp untuk bisa digunakan oleh aplikasi ini. Disini saya sudah menghabiskan beberapa menit yang berharga. Saya sudah mulai pesimis bisa solat ashar berjamaah di masjid Dian Al Mahri ini.

Singkat kata, akhirnya Google Maps di hp saya sudah bisa berjalan sebagaimana mestinya. Posisi saya saat ini masih ada di sekitar daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Masih ada kurang lebih 45-50 menit perjalanan sebelum sampai tujuan, dan rasanya saya masih belum sampai setengah perjalanan. Saya bergumam dalam hati, sepertinya bisa dipastikan saya sudah pasti tidak akan sampai tepat waktu sebelum solat ashar.

Untungnya banyak rute yang kelihatannya “lurus saja”

Alhamdulillah, perjalanan ke masjid ini jika melihat Google Maps, ada cukup banyak rute yang lurus saja. Namun ada cukup banyak juga rute yang meliuk-liuk, jadi setiap beberapa menit saya harus mengecek Maps untuk memastikan kalau saya nyasar tidak akan jauh-jauh amat.

Hujan!

Sebelum berangkat saya hanya mengenakan sweater tipis, sandal gunung dan kaos kaki, dan tas selempang. Sama sekali tidak ada indikasi akan hujan saat saya ingin berangkat. Tapi itu kan daerah Salemba, ditempat lain bisa saja berbeda keadaannya.

Dan benar sekali, setelah melewati gapura perbatasan dan tanda Selamat Datang di Kota Depok, gerimis mulai turun, dan ketika di daerah Cinere masuk ke daerah Limo, Depok, hujan makin deras walaupun langit tidak terlalu gelap. Astagfirullah, saya bergumam, kenapa tidak menggunakan jaket yang bahannya sedikit tahan air dari yang saya pakai ini? Tapi ya sudahlah, tidak ada gunanya menyesali pemilihan menggunakan sweater ini.

Keep calm, kehujanan, and carry on.

Waktu sudah masuk jam 15.00 sore, dan masih ada beberapa km lagi sebelum sampai.

Beruntung di sisa rute perjalanan yang saya tempuh, hujan sudah mulai reda, dan saya bisa terus melanjutkan perjalanan tanpa singgah lama selain untuk mengecek Maps.

Alhamdulillah, meskipun kehujanan, tapi saya tidak sampai basah kuyup. Namun yang saya khawatirkan adalah kondisi jalan yang menjadi licin, dan sayangnya ban belakang motor saya juga sudah mulai “gundul.”

Allah SWT Insha Allah selalu menunjukkan jalan yang baik

Kurang lebih masih ada beberapa kilometer lagi, saat dijalan sudah terdengar suara adzan solat ashar. Haduh, rasanya saya sudah pasrah tidak mungkin bisa sampai tepat waktu untuk solat ashar berjamaah di masjid ini. Sedih juga sih rasanya, sayang sekali kalau tidak bisa solat asar berjamaah disana padahal saya sudah masuk di daerah Limo, Depok.

Jalan yang saya tempuh beberapa km terakhir adalah jalan beton dan sempit. Mulai dari awal sampai beberapa km terakhir ada banyak kendaraan lain juga, sehingga memperlambat kecepatan tempuh saya. Belum lagi banyaknya lampu merah, yang Ya Allah, lama juga waktu tunggunya.

Setelah mengecek sekali lagi aplikasi Google Maps, Alhamdulillah, masjid tujuan sekitar 1 km lagi.

Aplikasi menunjukkan, setelah beberapa ratus meter, saya haru belok kiri dan maju beberapa puluh meter lagi akan sampai di tujuan.

Sampai di Masjid

Alhamdulillah, didepan saya melihat dari kejauhan kubah warna emas yang mengkilap dan warna masjid berwarna cokelat marmer yang dilengkapi beberapa menara yang menjulang tinggi. Subhanallah, masjid ini memang indah.

Sebelum masuk area masjid, setiap pengendara kendaraan harus melewati pos security dulu untuk mengambil tiket parkir, lalu ditunjukkan lokasi parkir motor, yang tidak jauh dari pos tersebut, dan hanya beberapa meter dari masjid.

Rasanya saya cukup terharu, karena akhirnya bisa menginjakkan kaki di masjid yang iconic ini. Dan lebih terharunya lagi, karena pas saya sampai, suara adzan ashar masih berkumandang, dengan demikian saya masih bisa menunaikan ibadah solat ashar bersama jamaah lain. :'(

Subhanallah. Maha suci Allah.

Saya sudah beberapa kali merasa putus asa apakah masih sempat ikut solat ashar berjamaah atau tidak, karena jarak tempuh yang cukup jauh, saya yang berangkat baru jam 14.00 siang, aplikasi Google Maps yang bermasalah, hujan, macet, kesasar, dll. Sekali lagi Alhamdulillah, I could make it.

Kesan terhadap masjid Dian Al Mahri

Masjidnya sangat bagus, bangunan luas, area pekarangan yang sangat luas , kubah warna emas yang iconic, bangunan yang megah, dan fasilitas yang cukup lengkap dan bagus.

bagian dalam Masjid-Kubah-Emas-Dian-Al-Mahri-Depok

Tempat wudhu dan penitipan alas kaki ada dibagian bawah, dan area untuk pria dan wanita terpisah.

Masuk ke dalam masjid, hawanya cukup sejuk karena bukaan dinding masjid yang banyak, ditambah perangkat pendingin ruangan yang cukup banyak tersebar dalam masjid. Langit-langit masjid juga sangat tinggi, sehingga tidak membuat jamaah gerah.

Solat ashar berjamaah

Solat ashar berjamaah tadi Alhamdulillah berlangsung lancar. Cukup banyak jamaah yang ikut mendirikannya. Setelah menyelesaikan ibadah solat ashar, saya lanjut mengaji. Target saya maksimal bisa membaca 1 Juz, dan alhamdulillah bisa tercapai.

Setelah solat ashar dan mengaji, saya berjalan keliling area pekarangan masjid ini. Landscape di area masjid ini tertata dengan sangat baik, ada banyak pohon seperti pohon mangga, jambu biji, dll, dan area pekarangannya juga ditumbuhi rumput yang terpelihara dengan baik.

Sore ini cukup banyak orang yang berkunjung ke masjid ini bersama keluarganya.

Disana sempat gerimis juga, sehingga saya tidak begitu lama menjelajahi seluruh area pekarangan.

Kembali ke area masjid, saya duduk melihat beberapa sisi bangunan dari sudut saya, sambil melihat aktivitas jamaah lain yang bermain dengan anak-anaknya. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, saya mengecas hp saya. HP saya ini sangat cepat kehabisan power, jadi untuk perjalanan seperti ini saya haru membawa power bank dan charger HP.

Takjil

Panitia Masjid Dian Al Mahri menyediakan takjil atau santapan buka puasa bagi para jamaah yang berkunjung di bulan suci Ramadhan ini. Semua orang mendapatkan pembagian.

Menu yang disajikan adalah kolak yang isinya pisang dan labu, teh hangat, dan air kemasan gelas. Beberapa jamaah yang beruntung mendapatkan roti. Saya tidak kebagian roti, karena stoknya sudah habis 😀

Buka puasa dan Solat magrib

Kurang lebih setengah jam duduk menantikan waktu berbuka puasa, akhirnya tiba juga waktunya. Alhamdulillah menu takjilnya sudah cukup untuk menghilangkan rasa haus dan lapar saya hari ini. Setelah itu saya mendirikan solat magrib berjamaah.

Mengaji lagi

Setelah solat magrib, saya melanjutkan kembali bacaan Al Qur’an ke Juz selanjutnya. Hari ini sebenarnya saya sudah mengaji 2 Juz, karena tadi pagi saya sudah mengaji 1 Juz di rumah, setelah solat ashar juga 1 Juz. Dan setelah solat magrib ini, saya berniat untuk bisa membaca 1 Juz lagi sebelum solat isya. Dan Alhamdulillah bisa tercapai.

Solat Isya, Terawih dan Witir

Setelah selesai mengaji, beberapa menit kemudian adzan Isya telah berkumandang. Bacaan imam sangat merdu, meskipun surat-surat yang dibacakan adalah surat pendek dalam solat isya ini.

Setelah solat isya dan do’a-doanya selesai, imam langsung mengajak untuk solat terawih berjamaah.

Saya cukup terkejut, karena sama sekali tidak ada khutbah setelah solat isya, sebelum solat terawih dimulai. Tapi, saya tidak mempermasalahkannya. That was just fine by me.

Dalam solat magrib dan isya berjamaah tadi, bacaan imam sebenarnya tidak terlalu panjang. Namun ketika solat terawih, bacaannya jauh lebih panjang. Bahkan lebih panjang dari beberapa solat terawih yang saya ikuti sebelumnya.

Berapa rakaat?

Setelah 4 kali solat terawih (8 rakaat), beberapa jamaah meninggalkan shaaf. Ada yang mungkin pulang, dan ada yang beristirahat di belakang.

Saya berpikir, mungkin mereka memilih untuk tidak mengikuti solat witir yang sebentar lagi dimulai ini karena ingin solat witir di rumah masing-masing.

Sebelum melanjutkan solat jamaah, saya iseng menanyakan ke jamaah lain di samping saya. “ini sudah mau solat witir ya, Pak?”

Si Bapak ini tersenyum lalu menjawab,

“disini 23 rakaat (terawih dan witirnya), mas.”

Masya Allaah.

Bukannya saya mengeluh, tapi satu kali solat terawih (2 rakaat) saja disini sudah cukup panjang, apalagi kalau total 23 rakaat solat terawih dan witir. Biasanya di banyak masjid, solat terawih + witir = 11 rakaat (8 rakaat terawih + 3 rakaat witir).

Pantang pulang sebelum selesai

Sebagai jamaah pendatang dari provinsi sebelah, saya merasa pantang sudah datang jauh-jauh kalau tidak mengikuti semua solat jamaah ashar, magrib, isya, terawih dan witir disini. Soalnya saya tidak tahu kapan lagi saya bisa kembali ke masjid ini, walaupun dalam hati saya meniatkan untuk suatu hari nanti bisa kesini bersama anak dan istri.

Lanjut, terawih….

Awalnya saya masih bisa menghitung jumlah rakaat, sampai dengan terawih ke 5. Setelah itu saya pindah posisi beberapa kali, karena menghindari AC standing, yang berdasarkan pengalaman hidup saya, saya sangat mudah pilek kalau terlalu lama berada didepan AC tipe ini.

Masuk terawih ke 6 dan seterusnya, saya sudah tidak ingat lagi hitungan berapa kali sudah kami solat terawih. Sampai akhirnya 20 rakaat terawih selesai (10 kali, masing-masing 2 rakaat).

Lanjut, witir…

Disini solat witirnya jumlah rakaatnya sama dengan pada umumnya, yaitu 3 rakaat. Namun, dibagi menjadi 2, yang pertama 2 rakaat, dan solat witir kedua adalah 1 rakaat.

(lanjut besok yaaa… Sudah jam 12.04 malam soalnya) 😀 Terima kasih sudah membaca.

… Lanjutan

Setelah solat witir selesai, saya bergegas untuk pulang.
Didalam masjid masih ada beberapa orang, yang mungkin saja masih ingin melanjutkan ibadah.

Saya mengambil sandal dari tempat penitipan yang letaknya di dekat tempat berwudhu di “basement.” Setelah itu saya ke parkiran motor yang jaraknya hanya beberapa meter dari tangga naik menuju masjid, lalu kemudian saya melaju keluar area masjid dengan terlebih dahulu membayar uang parkir di pos security.

Perjalanan pulang

Perjalanan pulang dari Masjid Dian Al Mahri di Depok menuju ke tempat tinggal saya di daerah Salemba dengan menggunakan sepeda motor memakan waktu sekitar 50 menit – 1 jam. Perjalanan puang saya ini saya lalui dengan cukup santai, tidak ada kemaceta yang berarti sehingga saya dengan cukup leluasa bisa ngebut. Jalur yang saya lewati saat pulang sebagian berbeda dari perjalanan saya sewaktu menuju ke masjid ini, sehingga tentu saja saya harus menggunakan Google Maps lagi.

Alhamdulillah, saya tidak mengalami kejadian kesasar yang berarti, dan Google Maps pun bekerja flawlessly tanpa ada gangguan seperti sebelumnya.

So…

Inilah cerita Safari Ramadhan saya kali ini, setelah sebelumnya saya “safari” ke masjid Istiqlal. Subhanallah, benar-benar Maha Suci Allah, bahwa Ashar ini saya masih sempat ikut solat berjamaah, padahal secara logika sama sekali sudah tidak mungkin lagi karena perjalanan yang cukup panjang, ditambah beberapa drama ini itu selama perjalanan.

Masjid ini sangat recommended untuk dikunjungi siapapun untuk beribadah solat menurut saya, dan tidak ada bulan lain sebaik ramadhan jika ingin bersafari disini, sehingga pahala yang didapat bisa berlipat ganda, dan pengalaman serta kenangannya juga sangat berarti.

Sekian dulu untuk saat ini, see you in another post.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.